Uncategorized

Waspada Bahaya Beras Oplosan! Ini Cara Biar TIdak Salah Beli

resep nasi daun jeruk rice cooker

Berita mengenai beras oplosan sedang marak. Sebagai bahan makan pokok masyarakat Indonesia, kasus ini tentu sangat merugikan dan menyangkut hajat hidup orang banyak.

Fakta tersebut terkuak sejak Kementerian Pertanian melakukan uji sampel terhadap 212 merek beras yang beredar di 10 provinsi. Dari uji sampel tersebut, 85,56% merek beras premium tidak memenuhi standar mutu dan 88,24% beras medium tidak memenuhi standar SNI.

Selain itu, juga ditemukan bahwa banyak produk dijual dengan berat kemasan lebih rendah dari seharusnya. Tidak sedikit yang dijual melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).

Praktik beras oplosan ini ditemukan tidak hanya di pasar tradisional, tetapi juga beredar di minimarket dan supermarket besar yang notabene lebih ketat dalam proses seleksi produk dagangannya.

Apa yang dimaksud “beras oplosan”?

Pertanyaan awal yang muncul adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah “beras oplosan”? Secara harafiah, frase tersebut memang merujuk pada beras yang dicampur atau dioplos. Jika demikian, beras atau komponen apa saja yang dicampurkan?

Terkait pertanyaan di atas, secara umum, dipahami bahwa beras disebut oplosan bila tidak memenuhi standar mutu (SNI atau standar label kemasan), berat isi tidak sesuai, serta klasifikasi mutu pada label yang menyesatkan, contoh beras dijual sebagai “premium” padahal mutunya medium atau rendah.

Secara lebih khusus, menurut salah seorang pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB), terdapat tiga kategori praktik oplosan beras yang umum terjadi, yaitu:

  1. Beras dicampur dengan bahan lain, seperti jagung, kedelai, atau bahan makanan lain yang serupa beras.
  2. Beras dicampur dengan jenis atau varietas lain yang lebih murah dan dijual dengan harga beras premium.
  3. Beras rusak yang dipoles ulang dengan menggunakan bahan kimia atau pengawet

Bahaya Beras Oplosan
Peredaran beras oplosan di pasaran tentu membahayakan. Bukan saja merugikan secara material, baik bagi konsumen, petani, ataupun pemerintah, tetapi juga berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat yang mengonsumsi beras tersebut.

Menteri Pertanian RI menyatakan bahwa kerugian akibat prakti pengoplosan beras mencapai hamper 100 trilyun per tahun. Kerugian itu dihitung berdasar kerugian yang dialami konsumen dan negara.

Lebih penting lagi bagi kita sebagai konsumen, mengonsumsi beras oplosan berisiko menurunnya kualita kesehatan. Berikut beberapa potensi kerugian kesehatan akibat mengonsumsi beras oplosan:
1. Untuk beras oplosan yang merupakan beras rusak yang dipoles dengan menggunakan bahan kimia, seperti pewarna tekstil atau pemutih (klorin), maka bahan kimia tersebut akan berpengaruh pada penurunan fungsi hati dan ginjal. Penggunaan formalin sebagai pengawet akan berpengaruh pada sistem pencernaan dan memicu kanker.

2. Paparan mikroorganisme. Kasus ini kerap terjadi jika beras berasal dari stok lama, rusak, atau disimpan di tempat lembap. Beras yang sudah rusak tersebut riskan mengandung jamur penghasil mikotoksin (seperti aflatoksin) yang bersifat karsinogenik dan berbahaya bagi hati serta bakteri patogen seperti Bacillus cereus, yang dapat menyebabkan keracunan makanan, muntah, dan diare.

3. Kualitas gizi menurun. Beras oplosan sering merupakan campuran beras lama atau bahan lain berkualitas rendah memiliki kualitas gizi rendah, seperti kandungan vitamin B dan mineral yang minim. Tekstur nasi yang buruk juga menyebabkan anak-anak dan lansia lebih sulit mencernanya sehingga mengurangi asupan kalori harian.

Sumber: Grid.id

Tips Terhindar dari Beras Oplosan

Peredaran yang masif dan penampakan yang tidak mudah dibedakan membuat konsumen kesulitan untuk membedakan antara beras berkualitas bagus dengan beras oplosan. Secara mudah, ada beberapa hal yang dapat menjadi pedoman bagi konsumen agar terhindar membeli beras oplosan.

  1. Periksa label dan kemasan. Cara paling awal adalah dengan memastikan label dan kemasan beras. Hal yang perlu dipastikan adalah kelengkapan label (nama produsen, alamat, izin edar, tanggal produksi & kedaluwarsa), logo (SNI dan sertifikat mutu), dan kesesuaian berat kemasan. Hindari kemasan polos, tanpa informasi jelas, atau hanya bertuliskan “beras premium” tanpa produsen resmi.
  2. Perhatikan ciri fisik beras.
  3. Warna beras. Beras asli warnanya putih gading atau sedikit kusam, bukan putih mengkilap.
  4. Ukuran dan bentuk. Buliran beras ukurannya seragam dan utuh. Jika banyak patahan atau campuran bulir berbeda jenis, patut dicurigai.
  5. Aroma. Bau beras seharusnya wangi khas beras atau netral. Hindari beras berbau apek, kimia, plastik, atau menyengat.
  6. Lakukan pengetesan langsung. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan segenggam beras ke air. Beras yang bagus akan langsung tenggelam. Tetapi jika banyak yang mengapung, maka diindikasikan bahwa beras tersebut berkualitas rendah atau bahkan palsu.
  7. Beli beras dari sumber terpercaya Pilih toko, distributor, atau swalayan yang sudah dikenal menjaga mutu dan ketat soal pengadaan barang. Hindari membeli beras dari pengecer tidak dikenal, apalagi jika harga terlalu murah untuk kualitas premium.

Dengan mengetahui cara membedakan antara beras oplosan dengan beras asli, konsumen mempunyai pilihan untuk menentukan jenis beras yang hendak dikonsumsi berdasar dari kebutuhan dan kemampuan. Bukan berarti bahwa beras asli selalu mahal. Banyak beras asli yang terjangkau secara harga.

Mengonsumsi beras asli yang diolah secara benar dan dengan menggunakan pemasak nasi yang tepat, seperti rice cooker Cuckoo CR-0675F,  akan menghasilkan nasi yang pulen, sehat, dan kaya nutrisi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *